MAKALAH
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja berada
dalam masa pertumbuhan trnsisional dari anak ke dewasa. Pada masa tersebut,
remaja juga membutuhkan banyak nutrisi seiring dengan beragamnya aktifitas yang
dilakukan seperti olahraga, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan bimbingan
belajar, hingga kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang.
Seringkali
kebutuhan nutrisi tersebut tidak dapat dipenuhi sehingga banyak remaja
kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi yang paling banyak terjadi adalah anemia
dan kekurangan gizi kronis (KEK). Kekurangan nutrisi terjadi karena remaja (1)
berusaha mengurangi makan secara berlebihan untuk menjaga penampilan fisik (2)
memiliki pola makan tidak sehat (3) tidak menjaga keseimbangan gizi makanan
yang dikonsumsi, dan (4) kurang asupan makanan.
Lebih baik
memulai jauh dari awal daripada terlambat dikemudian hari. Apabila remaja saat
ini memiliki nutrisi yang cukup, kerja yang rendah, prestasi buruk, hingga
kematian karena pendarahan dapat dihindari.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa pengertian
dari remaja?
·
Apa sajakah Perubahan yang
Terjadi pada Remaja?
·
Bagaimana kandungan gizi
yang diperlukan oleh remaja?
·
Apa saja penyakit yang
sering diderita oleh para remaja?
1.3
Tujuan
·
Untuk
mengetahui pengertian dari remaja
·
Untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja yaitu perubahan secara
biologis, psikis, sosial
·
Untuk
mengetahui kandungan-kandungan gizi yang diperlukan oleh remaja
·
Untuk
mengetahui penyaki-penyakit yang dialami oleh para remaja akibat kebutuhan gizi
yang tidak dipenuhi secara optimal
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah masa peralihan antara kanak-kanak dan dewasa. Menurut Undang-undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002, remaja adalah seseorang yang berusia 10-18 tahun dan belum menikah. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006:Â 192). Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Usia awal remaja dimulai saat pubertas. Pubertas adalah perubahan fisik dan hormonal yang terjadi secara cepat pada awal masa remaja. Setiap remaja memulai masa pubertasnya pada usia yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya kecepatan kemtangan hormonal pada tubuh dan kondisi psikologi remaja tersebut. Biasanya, pubertas ini terjadi pada usia 10-13 tahun.
2.2 Perubahan yang
Terjadi pada Remaja
- Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003:
91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).
Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut
Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan
fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang,
badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh
payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak
laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan tulang-tulang,
testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan
berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu
kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum
setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh
bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan
gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan
fisik remaja
disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjar hypothalamus. Kedua
kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan
merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja
(Sunarto & Agung Hartono, 2002: 94
- Transisi Kognitif
Menurut Piaget (dalam
Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11
sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis
daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja
terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian
diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan
gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman
akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan
baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam
Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat
lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan
dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja
juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal
dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang
mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan
kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan
pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja
- Transisi Sosial
Santrock (2003: 24)
mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam
hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan
dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif,
kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat
merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam
Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau
kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya
kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Perkembangan sosial anak
telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat
terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan
berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman
sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139). Berikut ini
akan dijelaskan mengenai hubungan remaja dengan teman sebaya dan orang tua:
1) Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003:
219) teman sebaya (peers)
adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang
sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220)
mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan
yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya.
Mereka juga belajar untuk mengamati dengan
teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses
penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung.
Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk
kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia
menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga
termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan,
penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat
untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari
mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b)
Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur,
murah hati dan mau bekerja sama.
d)
Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e) Menyediakan dukungan sosial seperti
memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan,berada dalam kelompok yang
sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak
apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak
negatif dari penolakan tersebut adalah :
a) Akan merasa kesepian karena kebutuhan
social mereka tidak terpenuhi.
b)
Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c) Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan
penyimpangan kepribadian.
d) Kurang
mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses
sosialisasi.
e) Akan merasa sangat sedih karena tidak
memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f) Sering mencoba memaksakan diri untuk
memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka
semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan
sosial.
g) Akan hidup dalam ketidakpastian tentang
reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut,
dan sangat peka.
h) Sering melakukan penyesuaian diri secara
berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan
penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock
(2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang
anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a)
Merasa senang dan aman.
b) Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c) Memiliki kesempatan untuk mempelajari
berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang
membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d) Secara mental bebas untuk mengalihkan
perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di
luar diri mereka.
e) Menyesuaikan
diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
2) Hubungan dengan Orang Tua
Menurut Steinberg (dalam
Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik
dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran
logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan
kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang
dilanggar oleh pihak rang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock,
2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah
dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut,
melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua
cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan
kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut,
ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua
dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002:
24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba
mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat
(brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan
masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut
untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Berdasarkan uraian
tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa proses
perkembangan remaja meliputi masa transisi biologis yaitu
pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu perkembangan
kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga proses sosioemosional dan yang
terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orang tua,
teman sebaya, serta masyarakat sekitar.
2.3 Kebutuhan Gizi Remaja
Tubuh yang
berubah cepat pada masa remaja membutuhkan masukan energi,protein dan vitamin
dalam jumlah besar.
·
Energi diperlukan sebagai sumber
tenaga sel-sel tubuhyang bekerja lebih keras untuk berkembang dan berubah
cepat. Energi diperoleh dari kebanyakan biji-bijian seperti beras, jagung,
kentang, dan bahan makanan lain yang mengandung karbohidrat.
·
Protein diperlukan sel untuk
membangun diri dan berkembang. Tanpa protein pertumbuhan tidak dapat
berlangsung sempurna. Protein di dapat dari hewan yang disebut protein hewani dan protein yang
berasal tumbuhan disebut protein nabati.
·
Vitamin dan Mineral diperlukan
oleh tubuh sebagai zat pengatur. Sel-sel tubuh membutuhkan vitamin dan mineral
pada pemecahan protein hingga mengatur metabolisme sel. Tanpa vitamin dan
mineral, sel-sel tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Vitamin di dapat dari sari buah-buahan dan sayur-sayuran. Mineral-mineral yang sangat penting
bagi tubuh seperti kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), yodium (I), Besi
(Fe), dan Klorin (Cl) di dapat dari garam, air segar, susu hingga hati ayam.
2.4 Penyakit pada Remaja
Apabila makanan
kita tidak seimbang, kita dapat terkena anemia,
kekurangan energi kronis, hingga perkembangan
yang terganggu karena kekurangan zat gizi. Semua itu karena tubuh kita
tidak mendapatkan zat seperti yang dibutuhkan. Akibatnya dapat mengganggu,
seperti misalnya jadi mudah bosan, atau sulit belajar.
- Anemia adalah keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dlam sel darah merah berada di bawah normal (11-12 gr%). Kurangnya Hb berarti kurangnya oksigen yang dapat diikat oleh darah. Saat terkena anemia kita merasakan lesu, lemah, letih, lelah, dan mudah lupa. Kita juga sering merasa pusing dan mata berkunang-kunang. Selain itu, kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Anemia dapat menyebabkan kosentrasi berkurang dan kemampuan berpikir menurun karena terganggunya suplai oksigen ke otak.
Cara menangani Anemia:
- Banyak makan makanan yang mengandung zat besi, seperti hati, telur, daging, dan ikan.
- Minum tablet tambah darah.
- Makan sayuran dan buah yang bermanfaat menyerap zat besi.
- Sembuhkan penyakit yang menyertai anemia seperti TB, cacingan, dan malaria.
·
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dapat
terjadi apabila asupan kalori dan protein tidak mencukupi apa yang dibutuhkan
tubuh dalm waktu yang lama dan menahun. Kesibukan yang membuat kita lupa makan,
kebiasaan makan yang terlalu sedikit,atau upaya menurunkan berat badan dengan
mengurangi makan dalam jumlah banyak, dapat menyebabkan KEK.
Kekurangan Energi Kronis dapat menyebabkan:
1.
Tubuh mudah lelah dan malas
melakukan sesuatu
2.
Prestasi belajar dapat
anjlok karena tidak punya cukup energi untuk konsentrasi belajar.
3.
Dapat mudah jatuh sakit.
Tanda-tanda kekurangan energi
v Apabila berat badan kita kurang dari 40kg dengan indeks massa
tubuh (IMT) kurang dari 17 dan ukuran lingkar lengan kiri atas kurang dari
23,5cm berarti kita terkena kekurangan energi.
Hal-hal yang menyebabkan remaja mengalami penyakit kronis:
1.
Kemiskinan sehingga tidak
dapat mencukupi kebutuhan gizinya, terutama protein dan karbohidrat.
2.
Pola makan yang tidak sehat
seperti malas makan, sering lupa makan, atau tidak pernah sarapan pagi.
3.
Sengaja tidak makan untuk
menurunkan berat badan.
BAB 3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Proses perkembangan remaja meliputi masa transisi
biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu
perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga proses
sosioemosional dan yang terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi
hubungan dengan orang tua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar.
3.2
Saran
Kami berharap bahwa para remaja saat ini
mnjadi lebih sadar akan bahaya anemia dan kekurangan energi kronis pada
kesehatannya, terutama pada remaja perempuan yang suatu saat akan membentuk
sebuah keluarga dan menjadi seorang ibu. Seorang ibu yang terbebas dari anemia
pada masa remajanya akan dapat memiliki anak yang sehat, yang terlahir dengan
berat badan cukup, dan tidak memiliki masalah berarti pada waktu persalinan
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar